Selama ini penangkaran burung dengan
sistem poligami, yakni satu jantan untuk beberapa betina sebagai
pasangan, banyak diterapkan pada beberapa burung jenis finch seperti kenari atau blacktroath. Namun penangkaran murai batu dengan sistem poligami, yang tergolong sukses luar biasa antara lain punya Om Didik Supriyanto dengan penangkaran RR BF-nya di Gresik Jawa Timur.
Ketika saya berkunjung untuk kedua
kalinya ke penangkaran Om Didik, Minggu 2 Mei 2010, bertepatan dengan
event lomba burung Phonska Cup di GOR Tri Darma Petrokimia, kandang
breedingnya sudah bertambah banyak dan besar. Kali pertama saya ke sana
setahun lalu, kandang penangkarannya baru 4 petak. Sekarang sudah ada 10
petak.
Dan yang luar biasa adalah sistem
poligami dalam breeding murai batu yang diterapkannya. Kandang
penangkaran 10 petak itu, dia isi dengan 10 murai batu betina dan dua
pejantan. Untuk pejantan murai batu ekor panjang yang dia namai Mr A
(pada tulisan terdahulu tertulis LT, kemudian ada ralat disampaikan Om
Didik) tersedia enam ekor murai batu betina. Sedangkan untuk murai batu
yang bernama NS (Night Shadow) tersedia 4 betina. Hasil
breeding dari dua pejantan dan 10 betina itu, per bulan sekitar 25 ekor
anakan murai batu karena rata-rata anakan per sekali penetasan satu
indukan betina berisi dua atau tiga ekor anakan. Sangat-sangat
menggiurkan….
Namun sebagaimana kemudian
disampaikan Om Didik, tujuan breeding dengan sistem poligami ini memang
tidak semata-mata mengejar keuntungan. Dia melakukan hal itu untuk
mencari “betina seperti apa” yang bisa menurunkan “anakan dengan
karakter seperti apa”. Tentunya hal itu bertujuan memahami lagi
pewarisan karakter atau sifat dan pewarisan struktur tubuh pada murai
batu.
Dengan
mengetahui pola pewarisan karakter atau sifat dan pewarisan struktur
tubuh murai batu, diharapkan pada akhirnya nanti bisa dihasilkan
anakan-anakan murai batu dengan body, volume suara, karakter dan gaya
tarung yang diinginkan.
Bagaimana hal itu bisa dilakukan? Sebentar ceritanya…
Berangkat dari Solo pada Sabtu 1 Mei
2010, saya memang berniat “menengok” breeding Om Didik. Namun karena
keberangkatan saya ke Gresik juga atas ajakan Om Arif Darma yang juga
penghobi burung, maka Sabtu malam pun ikut numpang tidur dulu di rumah
Om Arif di Gubeng Kertajaya, Surabaya.
Bahkan pada Sabtu sore, sempat
nonton Latber di Dewa 99. Sore hari itu juga sempat kencan untuk
ketemuan dengan Om Bobo KM (Darwan Tanujaya) dan pertemuan dengan Om
Bobo berlangsung di rumah Om Arif pada Minggu sore sepulang dari Gresik.
Ya biasa, ketemuan dengan sesama penghobi burung ya ngobrol soal
burung. (Terima kasih untuk Om Arif dan Mbak Devi atas kesediaan
menerima saya dan juga terima kasih kepada Om Bobo yang menyempatkan
diri untuk ramai ngobrol bersama saya).
Sistem poligami
Hal yang utama yang ingin saya lihat di
penangkaran Om Didik adalah anakan-anakan Night Shadow (NS) karena murai
batu ini kebetulan berasal dari seeorang teman di Solo yang kemudian
ditransfer Om Didik. Meski relatif masih muda, sebelum berpindah tangan,
NS ini sudah beberapa kali mendapat predikat jawara di event lomba di
Solo. Hanya karena terforsir, burung ini jadi drop. Bukan hanya menjadi
“bisu”, burung ini juga ciak bulu (suka makan bulu sayap dan pinggul).
Baru setelah sekitar dua kali masa mabung dengan perawatan ekstra,
burung ini kembali menampilkan peforma jawaranya. Setelah terbukti mampu
menunjukkan tajinya di event lomba, NS segera dikandangkan sebagai
pejantan breeding RRBF. Dan sekarang sudah beranak pinak dengan 4 betina
sekaligus…
Penangkaran murai batu RRBF ini secara
umum sama dengan penangkaran murai batu lainnya.
Yang membedakan adalah sistem poligami yang diterapkannya. Dengan
sistem poligami ini, antar kandang penangkaran diberi pintu yang bisa
dibuka dan tutup sebagai “jalan tembus” si jantan menuju “kamar-kamar”
para betina.
Teknisnya, pejantan pilihan dalam
kondisi birahi yang ditandai dengan suaranya yang gacor setiap saat,
dimasukkan ke satu kandang betina yang juga sedang birahi. Tanda betina
birahi adalah selalu bersiul-siul ngeplong dan untuk betina tertentu
malah juga ngerol. Dalam kondisi sama-sama birahi, keduanya akan segera
kawin. Setelah dicampur selama dua tiga hari dengan melakukan perkawinan
2-3 kali sehari, si betina akan segera bertelor (selama masa
perkawinan, si betina sudah menyusun sarang). Ketika betina sudah mulai
bertelor dan mengeram, si jantan dipindah ke “kamar lain” melalui jalan
tembus yang memang sudah disiapkan (lihat gambar “jalan tembus” tersebut).
Setelah si jantan masuk ke kemar betina
lain, tak lama kemudian akan terjadi perkawinan lagi. Dan penyampuran
itu berlangsung selama 2-3 hari. Begitu si betina mulai bertelor dan
mengeram, di jantan dipindah kamar lagi ke ruangan “isteri” lainnya
begitu seterusnya cerita berulang. Bagaimana jika ada betina yang sedang
masuk masa mabung. “Ya kita ganti dengan betina lain yang siap, kan
kita punya stok betina yang sudah siap kawin juga,” kata Om Didik.
Lantas, kalau si jantan yang mabung,
apakah para betinanya berhenti berproduksi? “Hahaha, yang kita ganti ya
si jantannya,” jawab Om Didik mantap. Oho ho ho hooo… makanya tidak
mengherankan kalau di RRBF selain ada murai batu pejantan dan betina
yang sedang ditangkarkan, ada juga beberapa murai batu jantan dan betina
yang “nganggur” dari menjalankan tugas di kandang penangkaran. Ternyata
inilah pejantan-pejantan dan para betina yang siap “melaksanakan tugas”
ketika pejantan atau betina di kandang penangkaran memasuki masa
mabung.
Kalau Anda belum melihat sendiri
penangkaran RRBF, barangkali Anda tidak akan percaya dengan apa yang Om
Kicau tulis. Tetapi itulah faktanya, bahwa penangkaran murai batu dengan
sistem poligami bisa dijalankan di sana. Dari 10 kandang penangkaran
itu, dihasilkan antara 20 sampai 30 ekor anakan setiap bulannya. Tetapi
sebentar… meski produksinya tergolong tinggi, kita jangan berharap bisa
membeli anakan MB dari sana setiap saat. Kenapa? Kita harus indent dulu
karena semua anakan yang bahkan belum menetas, sudah dipesan orang. Om
Kicau saja yang cukup beruntung karena sepulang dari RRBF bisa
menggondol seekor anakan murai batu jantan yang sebenarnya simpanan tuan
rumah dan empat ekor anakan betina, hehehe….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar